Hikmah Kesabaran Dalam Menghadapi Sang Istri

iklan 336x280 atas
336x280 tengah
300x600

Hikmah Kesabaran Dalam Menghadapi Sang Istri

Kisahagamaislam.blogspot.com- Seorang yang shaleh memilki seorang saudara yang tempat tinggalnya begitu jauh, karena itu jarang sekali ia bisa mengunjungi saudaranya tersebut. Setelah sekian tahun tidak pernah berjumpa, ia pun datanglah mengunjunginya. Tetapi terlihat  rumahnya tertutup, maka disaat itu ia pun mengetuk pintunya dan mengucap salam. Terdengar suara ucapan seorang wanita dari dalam rumah tersebut, yang mungkin saja istrinya.
“Siapa??” Jawab sang wanita dari dalam rumah tersebut

Ia berkata, “Aku saudara suamimu, datang dari jauh untuk menjenguknya!!”

Tanpa membukakan pintu, terdengar suaranya yang ketus lagi, “Ia masih pergi mencari kayu, semoga saja Allah tidak mengembalikannya lagi ke sini.”

Kemudian masih meneruskan dengan berbagai macam caci-maki kepada saudaranya tersebut. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan istrinya tersebut. Ia mengetahui sangat, bahwa saudaranya itu juga seorang yang shaleh seperti dirinya, karena memang begitulah kedua orang tuanya dahulu mendidik mereka. Segala macam umpatan, celaan, makian dan cacian itu mungkin salah sasaran apabila ditujukan kepada saudaranya tersebut.

Ia memutuskan untuk menunggu dan tidak berapa lama saudaranya tersebut itu pulang. Saudaranya itu memang mencari kayu, tetapi ia tidak membawanya sendiri, tetapi ada seekor HARIMAU yang cukup besar berjalan di belakangnya sambil ‘menggendong’ kayu tersebut. Setelah kayu diturunkan dari punggung sang harimau, saudaranya itu berkata,
“Pergilah, semoga Allah memberkahi dirimu!!”

Baca : Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu
Harimau itu pun berlalu pergi dengan patuhnya, dan pemandangan itu membuatnya terkagum-kagum. Tampaknya saudaranya itu telah mencapai maqam yang cukup tinggi di sisi Allah, hingga mempunyai ‘karamah’ bisa memerintah binatang buas.

Saudaranya itu mengajaknya masuk, dan meminta dengan lemah lembut kepada istrinya untuk menyiapkan makanan bagi mereka. Sang istri memenuhi perintahnya dengan sikap yang kasar, dan mulutnya tidak henti-hentinya mengomel. Sebaliknya, ia melihat saudaranya itu hanya diam dan terlihat sangat lapang, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Sama sekali tidak ada sikap marah dan tersinggung dengan perkataan istrinya yang sangat menusuk perasaan, bahkan tampak sekali saudaranya itu nyaman dan bahagia dengan keadaaannya. Karena itu ia urung untuk menanyakan keadaan rumah tangganya, seperti keinginannya semula.

Dengan keadaan seperti itu, ia tidak ingin berlama-lama untuk tinggal. Ia pamit pulang, tetapi sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya ia memikirkan keadaan saudaranya itu. Di satu sisi ia mempunyai ‘karamah’ yang begitu mengagumkan, tetapi di sisi lainnya, ia menghadapi sikap istrinya yang begitu buruk.

Beberapa tahun berlalu dan tidak bertemu, ia datang lagi mengunjungi saudaranya itu. Sesampai di rumahnya yang tampak tertutup seprti semula ia mengunjungi dahulu, ia mengetuk pintunya dan mengucap salam. Maka terdengar suara seorang wanita, yang mungkin adalah istri saudaranya itu, “Siapa??”

Kali ini suara itu begitu lembut dan santun, sangat berlawanan suara wanita bertahun sebelumnya. Ia berkata, “Aku adalah saudara suamimu, datang dari jauh untuk menjenguk keadaannya!!”

Suara santun wanita itu terdengar lagi, “Selamat datang, suamiku sedang mencari kayu di hutan. Silahkan untuk menunggu, tetapi mohon maaf aku tidak bisa membukakan pintu hingga suamiku pulang!!”

Ia berkata, “Tidak mengapa, biar saja aku menunggu di luar!!”

Kemudian ia terlibat pembicaraan singkat lewat pintu yang tertutup, dan istri saudaranya itu memuji-muji kebaikan dan keshalehan suaminya itu setinggi langit, dan menyatakan rasa syukurnya karena bisa menjadi istrinya.

Tidak lama kemudian saudaranya itu datang, tetapi yang mengherankannya tidak ada harimau yang membawakan kayunya seperti dahulu. Ia memikul sendiri tumpukan kayu tersebut, tampak kelelahan dan keringat mengalir di wajahnya, tetapi masih dengan kelapangan dan rasa bahagia yang sama seperti bertahun sebelumnya. Mendengar suaranya itu, sang istri langsung membuka pintu dan menyambut kedatangannya dengan santun dan hormatnya. 

Saudaranya itu mengajaknya masuk, dan ternyata makanan telah terhidang, maka mereka langsung menyantap makanan yang disediakan istrinya tersebut. Sambil makan ia berkata, 

Baca : Kebaikan Jangan Diremehkan, Meski Sekecil Apapun
“Wahai saudaraku, apakah yang terjadi? Apakah engkau telah kehilangan ‘karamah’mu yang dahulu?”

Masih dengan kelapangan hati dan pancaran rasa bahagia yang sama seperti bertahun sebelumnya, saudaranya itu berkata, 


“Wahai saudaraku, dahulu itu Allah SWT memberikan istri yang cerewet dan rendah akhlaknya kepadaku, dan aku ikhlas menerimanya. Karena kesabaranku menghadapinya, maka Allah mendatangkan harimau untuk membantuku. Beberapa bulan yang lalu istriku yang cerewet itu meninggal, dan sejak itu pula harimau itu tidak membantuku lagi, dan aku harus memikul sendiri kayu-kayu itu. Namun demikian, Allah tetap memberikan ‘karamah’ lainnya kepadaku, yakni istri yang cantik dan masih muda, serta sangat baik akhlaknya dan tekun ibadahnya” 

Dalam riwayat lain disebutkan, saudaranya yang shaleh itu adalah seorang pandai besi. Ia mencari kayu untuk membakar besi-besi yang diolahnya. Ketika ia masih beristri yang cerewet dan ia bersabar atasnya, bukan hanya harimau yang membawakan kayunya, tetapi ia memegang besi yang dibakarnya langsung dengan tangannya. 


Tetapi ketika Allah telah menggantinya dengan istri yang shalehah, cantik, masih muda dan berakhlaqul karimah, ia harus memegang besi yang dibakarnya dengan penjepit, kalau tidak tangannya akan melepuh.
Wallahu a’lam bisshawab
336x280

Post a Comment

0 Comments