300x600
Kisahagamaislam.blogspot.com- Kisah tentang Antara Rumah dan Hati Yang Sempit. Pada suatu masa, hidup seorang laki-laki yang memiliki sifat kikir (pelit). Beliau mempunyai sebuah rumah yang begitu besar. Di dalam rumah itu beliau tinggal bersama seorang istri dan dengan 3 orang anaknya yang masih kecil.
Laki-laki tersebut merasa rumahnya sudah sangat sempit dengan keberadaannya dan keluarganya, namun untuk memperluas rumahnya, sang lelaki ini merasa sangat sayang untuk mengeluarkan uang.
Beliau kemudian mencari ide, bagaimana caranya agar ia bisa memperluas rumahnya tanpa mengeluarkan banyak uang. Akhirnya, beliau mendatangi Abunawas, seorang yang terkenal cerdik di kampungnya. Pergilah beliau menuju rumah Abunawas.
Salam hai Abunawas, semoga engkau selamat sejahtera.” Kata laki-laki tersebut
“Salam juga untukmu hai orang asing, ada apa gerangan kamu mendatangi kediamanku yang reot ini ?” Sahut Abunawas
Si lelaki tersebut kemudian menceritakan masalah yang ia hadapi. Abunawas mendengarkannya dengan seksama. Setelah si lelaki tersebut selesai bercerita, Abunawas tampak tafakur sesaat, tersenyum, kemudian ia berkata :
“Hai Fulan, jika engkau menghendaki kediaman yang lebih luas, belilah sepasang ayam, jantan dan betina, kemudian buatkan kandang di dalam rumahmu. Tiga hari lagi kau lapor padaku, bagaimana keadaan rumahmu.”
Laki-laki tersebut merasa rumahnya sudah sangat sempit dengan keberadaannya dan keluarganya, namun untuk memperluas rumahnya, sang lelaki ini merasa sangat sayang untuk mengeluarkan uang.
Beliau kemudian mencari ide, bagaimana caranya agar ia bisa memperluas rumahnya tanpa mengeluarkan banyak uang. Akhirnya, beliau mendatangi Abunawas, seorang yang terkenal cerdik di kampungnya. Pergilah beliau menuju rumah Abunawas.
Salam hai Abunawas, semoga engkau selamat sejahtera.” Kata laki-laki tersebut
“Salam juga untukmu hai orang asing, ada apa gerangan kamu mendatangi kediamanku yang reot ini ?” Sahut Abunawas
Si lelaki tersebut kemudian menceritakan masalah yang ia hadapi. Abunawas mendengarkannya dengan seksama. Setelah si lelaki tersebut selesai bercerita, Abunawas tampak tafakur sesaat, tersenyum, kemudian ia berkata :
“Hai Fulan, jika engkau menghendaki kediaman yang lebih luas, belilah sepasang ayam, jantan dan betina, kemudian buatkan kandang di dalam rumahmu. Tiga hari lagi kau lapor padaku, bagaimana keadaan rumahmu.”
Baca : Pemberian Selalu Mendatangkan Rahmat ALLAH
Si lelaki ini menjadi bingung, apa hubungannya ayam dengan luas rumah, tapi ia tak membantah. Sepulang dari rumah Abunawas, ia membeli sepasang ayam, lalu membuatkan kandang untuk ayamnya di dalam rumah.
Tiga hari kemudian, ia kembali ke kediaman Abunawas, dengan wajah berkerut.
“Bagaimana Fulan, sudah bertambah luaskah kediamanmu?” tanya Abunawas
“Waduh-waduh ya Abu. Apa kamu yakin idemu ini tidak salah? rumahku tambah kacau dengan adanya kedua ekor ayam itu. Mereka membuat keributan dan kotorannya berbau tak sedap.” Kata lelaki tersebut
“( sambil tersenyum ) Kalau begitu tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang di dalam rumahmu, lalu kembalilah kemari tiga hari lagi.” Kata Abunawas
Si lelaki terperanjat. Kemarin ayam, sekarang bebek, memangnya rumahnya peternakan, apa? atau si cerdik Abunawas ini sedang kumat jahilnya?
Namun seperti saat pertama kali, ia tak berani membantah, karena ingat reputasi Abunawas yang selalu berhasil memecahkan berbagai masalah. Pergilah ia ke pasar, dibelinya sepasang bebek, lalu dibuatkannya kandang di dalam rumahnya. Setelah tiga hari ia kembali menemui Abunawas.
“Bagaimana Fulan, kediamanmu sudah mulai terasa luas atau belum ?” Tanya Abunawas
“Aduh Abu, ampun, jangan kau mengerjai aku. Saat ini adalah saat paling parah selama aku tinggal di rumah itu. Rumahku sekarang sangat mirip pasar unggas, sempit, padat, dan baunya bukan main.” Kata lelaki tersebut
“Waah, bagus kalau begitu. Tambahkan seekor kambing lagi. Buatkan ia kandang di dalam rumahmu juga, lalu kembali kesini tiga hari lagi.” Kata Abunawas
“Apa kau sudah gila, Abu? Kemarin ayam, bebek dan sekarang kambing. Apa tidak ada cara lain yang lebih normal?” Kata lelaki tersebut
“Lakukan saja, jangan membantah.” Kkata Abunawas
Lelaki itu tertunduk lesu, bagaimanapun juga yang memberi ide adalah Abunawas, sicerdik pandai yang tersohor, maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing, lalu ia membuatkan kandang di dalam rumahnya. Tiga hari kemudian dia kembali menemui Abunawas.
“Bagaimana Fulan ? Sudah membesarkah kediamanmu ?” Kata Abunawas
“Rumahku sekarang benar-benar sudah jadi neraka. Istriku mengomel sepanjang hari, anak-anak menangis, semua hewan-hewan berkotek dan mengembik, bau, panas, sumpek, betul-betul parah. Ya Abu, tolong aku, Abu, jangan suruh aku beli sapi dan mengandangkannya di rumahku, aku tak sanggup ya Abu.” Kata lelaki tersebut
“Baiklah, kalau begitu, pulanglah kamu, lalu juallah kambingmu kepasar, besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.” Kata Abunawas
Si lelaki pulang sambil bertanya-tanya dalam hatinya, kemarin disuruh beli, sekarang disuruh jual, apa maunya si Abunawas. Namun, ia tetap menjual kambingnya ke pasar. Keesokan harinya ia kembali ke rumah Abunawas.
“Bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?” Kata Abu Nawas
”Yah, lumayan lah Abu, paling tidak bau dari kambing dan suara embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.” Kata lelaki tersebut
“Kalau begitu jual juga bebek-bebekmu hari ini, besok kau kembali kemari” Kata Abu Nawas
“Bagaimana Fulan, sudah bertambah luaskah kediamanmu?” tanya Abunawas
“Waduh-waduh ya Abu. Apa kamu yakin idemu ini tidak salah? rumahku tambah kacau dengan adanya kedua ekor ayam itu. Mereka membuat keributan dan kotorannya berbau tak sedap.” Kata lelaki tersebut
“( sambil tersenyum ) Kalau begitu tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang di dalam rumahmu, lalu kembalilah kemari tiga hari lagi.” Kata Abunawas
Si lelaki terperanjat. Kemarin ayam, sekarang bebek, memangnya rumahnya peternakan, apa? atau si cerdik Abunawas ini sedang kumat jahilnya?
Namun seperti saat pertama kali, ia tak berani membantah, karena ingat reputasi Abunawas yang selalu berhasil memecahkan berbagai masalah. Pergilah ia ke pasar, dibelinya sepasang bebek, lalu dibuatkannya kandang di dalam rumahnya. Setelah tiga hari ia kembali menemui Abunawas.
“Bagaimana Fulan, kediamanmu sudah mulai terasa luas atau belum ?” Tanya Abunawas
“Aduh Abu, ampun, jangan kau mengerjai aku. Saat ini adalah saat paling parah selama aku tinggal di rumah itu. Rumahku sekarang sangat mirip pasar unggas, sempit, padat, dan baunya bukan main.” Kata lelaki tersebut
“Waah, bagus kalau begitu. Tambahkan seekor kambing lagi. Buatkan ia kandang di dalam rumahmu juga, lalu kembali kesini tiga hari lagi.” Kata Abunawas
“Apa kau sudah gila, Abu? Kemarin ayam, bebek dan sekarang kambing. Apa tidak ada cara lain yang lebih normal?” Kata lelaki tersebut
“Lakukan saja, jangan membantah.” Kkata Abunawas
Lelaki itu tertunduk lesu, bagaimanapun juga yang memberi ide adalah Abunawas, sicerdik pandai yang tersohor, maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing, lalu ia membuatkan kandang di dalam rumahnya. Tiga hari kemudian dia kembali menemui Abunawas.
“Bagaimana Fulan ? Sudah membesarkah kediamanmu ?” Kata Abunawas
“Rumahku sekarang benar-benar sudah jadi neraka. Istriku mengomel sepanjang hari, anak-anak menangis, semua hewan-hewan berkotek dan mengembik, bau, panas, sumpek, betul-betul parah. Ya Abu, tolong aku, Abu, jangan suruh aku beli sapi dan mengandangkannya di rumahku, aku tak sanggup ya Abu.” Kata lelaki tersebut
“Baiklah, kalau begitu, pulanglah kamu, lalu juallah kambingmu kepasar, besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.” Kata Abunawas
Si lelaki pulang sambil bertanya-tanya dalam hatinya, kemarin disuruh beli, sekarang disuruh jual, apa maunya si Abunawas. Namun, ia tetap menjual kambingnya ke pasar. Keesokan harinya ia kembali ke rumah Abunawas.
“Bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?” Kata Abu Nawas
”Yah, lumayan lah Abu, paling tidak bau dari kambing dan suara embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.” Kata lelaki tersebut
“Kalau begitu jual juga bebek-bebekmu hari ini, besok kau kembali kemari” Kata Abu Nawas
Baca : Hikmah Kesabaran Menghadapi Sang Istri
Si lelaki pulang ke rumahnya dan menjual bebek-bebeknya ke pasar. Esok harinya ia kembali ke rumah Abunawas.
“Jadi, bagaimana kondisi rumahmu hari ini?” Kata Abu Nawas
“Syukurlah Abu, dengan perginya bebek-bebek itu, rumahku jadi jauh lebih tenang dan tidak terlalu sumpek dan bau lagi. Anak-anakku juga sudah mulai berhenti menangis.” Kata lelaki tersebut
“Bagus. Kini jual juga ayam-ayammu ke pasar dan kembali besok ” Kata Abu Nawas
Si lelaki pulang dan menjual ayam-ayamnya ke pasar. Keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri-seri ke rumah Abunawas.
“Kulihat wajahmu cerah hai Fulan, bagaimana kondisi rumahmu saat ini?” Kata Abu Nawas
“Alhamdulillah ya Abu, sekarang rasanya rumahku sangat lega karena ayam dan kandangnya sudah tidak ada. Kini istriku sudah tidak marah-marah lagi, anak-anakku juga sudah tidak rewel.” Kata lelaki tersebut
“(sambil tersenyum) nah nah, kau lihat kan, sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah bangunanmu. Sesungguhnya rumahmu itu cukup luas, hanya hatimu sempit, sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.” Kata Abu Nawas
Mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur, karena masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu. Sekarang pulanglah kamu, dan atur rumah tanggamu, dan banyak-banyaklah bersyukur atas apa yang dirizkikan ALLAH padamu, dan jangan banyak mengeluh.”
Si lelaki pun termenung sadar atas segala kekeliruannya, ia terpana akan kecendikiawanan sang tokoh dan mengucapkan terima kasih pada Abunawas.
“Jadi, bagaimana kondisi rumahmu hari ini?” Kata Abu Nawas
“Syukurlah Abu, dengan perginya bebek-bebek itu, rumahku jadi jauh lebih tenang dan tidak terlalu sumpek dan bau lagi. Anak-anakku juga sudah mulai berhenti menangis.” Kata lelaki tersebut
“Bagus. Kini jual juga ayam-ayammu ke pasar dan kembali besok ” Kata Abu Nawas
Si lelaki pulang dan menjual ayam-ayamnya ke pasar. Keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri-seri ke rumah Abunawas.
“Kulihat wajahmu cerah hai Fulan, bagaimana kondisi rumahmu saat ini?” Kata Abu Nawas
“Alhamdulillah ya Abu, sekarang rasanya rumahku sangat lega karena ayam dan kandangnya sudah tidak ada. Kini istriku sudah tidak marah-marah lagi, anak-anakku juga sudah tidak rewel.” Kata lelaki tersebut
“(sambil tersenyum) nah nah, kau lihat kan, sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah bangunanmu. Sesungguhnya rumahmu itu cukup luas, hanya hatimu sempit, sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.” Kata Abu Nawas
Mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur, karena masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu. Sekarang pulanglah kamu, dan atur rumah tanggamu, dan banyak-banyaklah bersyukur atas apa yang dirizkikan ALLAH padamu, dan jangan banyak mengeluh.”
Si lelaki pun termenung sadar atas segala kekeliruannya, ia terpana akan kecendikiawanan sang tokoh dan mengucapkan terima kasih pada Abunawas.
Wallahu a’lam bisshawab.

0 Comments